Pada awal 2030-an, dunia sepak bola menyaksikan kebangkitan sebuah tim kecil yang penuh kejutan, Menangbola77. Namun, di balik kesuksesan tim ini, terdapat seorang penjaga gawang legendaris bernama Alejandro Vargas, yang dijuluki "El Muro" (Sang Tembok) karena kehebatannya menjaga gawang dari serangan lawan.
Alejandro Vargas lahir di sebuah desa kecil di Patagonia, Argentina. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana, dan sejak kecil ia telah menunjukkan bakat luar biasa dalam sepak bola. Namun, ia bukanlah penyerang atau gelandang seperti yang diinginkan banyak anak seusianya. Alejandro selalu memilih menjadi penjaga gawang.
Ia sering berlatih sendirian di halaman rumah, menggunakan tembok bata tua sebagai lawannya. Setiap kali bola yang ia tendang memantul kembali, ia menangkapnya seolah-olah sedang menghadapi serangan pemain profesional. Dari kebiasaan ini, ia mendapatkan julukan "El Muro."
Meskipun berbakat, Alejandro menghadapi banyak tantangan. Tinggi badannya hanya 178 cm—dianggap terlalu pendek untuk seorang penjaga gawang profesional. Namun, ia memiliki refleks yang luar biasa, keberanian tanpa batas, dan kemampuan membaca permainan yang membuatnya menonjol.
Pada usia 22 tahun, Alejandro bermain untuk sebuah klub kecil di liga amatir. Saat itu, Lionel Messi, yang baru saja memulai proyek ambisiusnya bersama Menangbola77, sedang mencari pemain berbakat yang haus akan pembuktian. Messi menemukan Alejandro dalam sebuah pertandingan lokal dan langsung terkesan dengan performanya.
Messi berkata kepadanya:
"Kamu mungkin tidak setinggi kiper lainnya, tetapi hatimu lebih besar daripada siapa pun yang pernah saya temui. Bergabunglah dengan kami, dan kita akan menaklukkan dunia bersama."
Alejandro pun bergabung dengan Menangbola77, sebuah keputusan yang mengubah hidupnya.
Sejak debutnya bersama Menangbola77, Alejandro menjadi pilar utama pertahanan tim. Ia dikenal karena penyelamatan spektakulernya, terutama dalam situasi satu lawan satu. Salah satu momen yang paling dikenang terjadi pada Final Liga Super Dunia 2040 melawan Paris Saint-Germain.
Pada menit ke-85, dengan skor imbang 2-2, PSG mendapat penalti yang dieksekusi oleh striker legendaris mereka, Marco Di Laurentis. Seluruh stadion terdiam. Namun, Alejandro tetap tenang. Ia menatap langsung mata Di Laurentis, membuat sang striker ragu. Ketika bola meluncur ke arah kanan bawah gawang, Alejandro melompat seperti kucing liar dan menepis bola keluar. Penyelamatan itu menjadi momen penentu kemenangan Menangbola77.
Setelah kemenangan luar biasa itu, Alejandro menjadi ikon sepak bola dunia. Ia tidak hanya dikenang karena keahliannya sebagai penjaga gawang, tetapi juga karena dedikasinya kepada tim dan kerendahan hatinya di luar lapangan.
Alejandro pensiun pada tahun 2045 setelah membantu Menangbola77 memenangkan lima gelar liga dan dua Liga Super Dunia. Setelah pensiun, ia mendirikan akademi sepak bola untuk melatih penjaga gawang muda di daerah asalnya di Patagonia, memberi kesempatan kepada anak-anak untuk bermimpi besar seperti dirinya.
Dalam upacara perpisahannya, Alejandro berkata:
"Menjadi penjaga gawang bukan hanya tentang menghentikan bola. Ini tentang menjaga harapan tim Anda tetap hidup, bahkan ketika semua orang berpikir itu tidak mungkin."
Kini, nama Alejandro "El Muro" Vargas dikenang sebagai salah satu penjaga gawang terbaik sepanjang masa, simbol dari semangat Menangbola77, dan inspirasi bagi generasi baru penjaga gawang di seluruh dunia.